Keberanianku benih Luka
Sewaktu SMA kelas dua, tugas setiap hari setelah saya pulang sekolah adalah potong rumput untuk ternak peliharaan dan bela kayu bakar. saya sangat jarang bicara karena rasa takut untuk salah bicara bahasa indonesia karena saya dari kampung bergabung di lingkungan kota. Komplek rumah sakit Tiom adalah tempat kami bermain, di rumah, kami ada tiga laki-laki dan dua perempuan. Kami sangat akrab pada usia itu, dan setelah saya tamat sekolah lanjut di suatu perguruan tinggi swasta beda kota. Kami pisah satu sama lain dalam kurung waktu dua tahun. Saya bersepeda dari asrama ke rumah keluarga pada hari weekend . Dalam perjalanan, terlihat pemandangan pemuda dari gereja melakukan pencarian dana natal dengan cara membersihkan parit di sepanjang jalan raya. Rambut kiribo tanpa make up yang memegang kardus itu adalah salah satu adik waktu di Tiom. Ia berteriak memanggil ku “ kaka Ula (Evis)...!” dengan senyum lebar manis, sambil kasi kardus itu kepada teman lain. Saya ramas rem belakang