Perempuan bukan sebuah produk bisnis
Pada tanggal 5 Desember 2023
Terdapat sebuah tulisan seperti di foto, maka sebagai bentuk
respon, PenaYonda membahas dua sudut pandang yang barang kali dapat mengedukasi
pembaca📖.
Dua hal yang dimaksud adalah
1. Kekuatiran orang tua terhadap anak perempuan tanpa
komunikasi yang baik
Orang tua yang paling sayang anak perempuan tidak ingin
melihat anaknya: susah, sakit kena 3 huruf bila jomblo lama, khawatir
terjerumus narkoba, dan jatuh pada pria yang tidak bertanggung jawab, sehingga
terlihat seperti janda atau anaknya tanpa suami yang tidak jelas. Maka sebagai
bentuk menjaga nama baik keluarga dibicarakan orang atau mendapatkan tekanan
sosial terhadap anak perempuannya orang tua memilih dan putuskan kepada
laki-laki yang menurut mereka (orang tua) ini, mampu melindungi dan bertanggung
jawab atas anak perempuannya sehingga mereka inisiatif menjodohkan(tanpa
melihat dari sisi cinta).
2. Pemikiran perempuan sebagai modal
Berdasarkan pola pikir yang bilang perempuan adalah modal.
Sehingga orang tua berbisnis dengan pihak lain dengan kesepakatan anak
perempuan sebagai objek(jualan) kesepakatan/janji untuk kawin. Pada saat inilah
perempuan seakan menjadi barang yang bisa dijual beli. Pemikiran yang
menempatkan perempuan sebagai modal maka sebuah "kesepakatan" menjadi
sesuatu yang disengaja dan terencana. Pada kasus ini nilai dan harga diri
keluarga atau orang tua yang melakukan ini disebut cacat moral dan berwatak penindas
berkarakter kapitalisme. Kenapa kapitalisme? Karena Orang tua ini bekerja sama
dengan pemodal atau pihak lain yang dianggap memiliki modal yang nantinya akan
menjadi sumber pemasukan.
Solusi
Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari gereja dan
pendidikan agar membagun pemahaman yang mendidik dan bermartabat demi menjaga
keutuhan manusia yang sejati.
Malang 15 Des23
Komentar