Cerpen|| 4Mei24




               Doc-PenaYonda

Sewaktu mengelilingi tunggu api  di rumah  46 suku mendiami di negeri ini. kami bicara-bicara  rencana  tangkap Wam besok hari dari kandangnya. karena itu kami harus taru kepala dini hari agar bagun bisa bikin kopi dengan segera. 

seketika suara burung-burung berkicau di halaman rumah, kenampakan api menyala di dapur, bertanda dunia sedang awali hari. aku mencoba berusaha keluar dari kehangatan jaket besar-ku. aroma larutan kafein itu, mengajak ku bergabung dengan mereka mengelilingi tunggu api sambil bilang "selamat pagi". 

"ayo..! mobil sudah siap gass" kata Nare memangil kami yang di Honai
" siap bos gass" kompak jawab kami 


Kami menempuh kira-kira 27 km dari titik awal. setelah  tiba di  kampung suroba distrik libarek wamena , kami masi lanjutkan perjalanan ke mata air Aikima,  sambil melewati kali balim yang terbentang luas ke arah keluarga besar di wilayah balim timur ( ap Yali, ap Kimnyal, ap Moni, ap Gesing, ap nduga dll).

ada situs menarik yang terletak sebelum menyeberang  sungai itu adalah " Menara Pengintai" 



Menara pengintai  ini bukan seperti di taman nasional atau tempat wisata sebagai bagian dari fasilitas pengunjung untuk menikmati pemandangan dari ketinggian, melainkan untuk  memberikan pandangan yang luas dan tidak terhalang ke area sekitarnya sehingga memudahkan pengawasan atau deteksi musuh terhadap ancaman atau kejadian  pada konteks  perang suku di lembah Balim. 



Tiga mama menuju ke mata air Aikima, menyeberangi jembatan kayu. Kayu yang digunakan telah diberi perlakuan khusus oleh nenek moyang agar tahan lama dari pelapukan akibat cuaca.


kendaraan roda empat milik 46 suku di negeri ini, kenapa?  Karena beliau sudah lama kurang lebih 30 tahun pelayanan menolong generasi yang berjuang hidup di jalanan. Jadi benda  kendaraan roda empat akan membantu kami angkut Wam sehingga kami parkir disini.

Sepanjang perjalanan arah selatan terdapat pohon pohon Pinus yang  berderet menghiasi lembah-Ku.  


Sangat menawan, kecantikan negeri ku  dengan tumbuh rumput Mei. Kekaguman ku padamu aku menulis cerpen ini. 


Kami bertemu warga di perkampungan (o ukul)  Sera terima Wam secara keluarga, lalu kami kembali dengan membawa semua cerita perjalanan ini didalam noken cerpen. 



Komentar