Penyiksaan





Banyak generasi telah lahir dalam situasi seperti ini.

Aku semakin suka bangun  di pagi hari, ketika gelapnya malam bertemu pagi. 

Doa mama senantiasa menyelipkan tentang cita-cita bangsa, menghantarkan biru langit tenang ke alam semesta. 

Terasa begitu sunyi,syahdu  kala dinginya udara berpadu dengan sepi dunia. 

aku menikmati waktu bergulir tanpa takut dan beban, menyaksikan dunia mengawali hari, bunyi ringan dedaunan, debur sungai merdu, dan jangkrik  sahut-sahutan dengan ayam. Kicau burung memberi kode seakan mematok pintu rumah. Harmoni yang tak tertandigi dengan melodi manapun.

Disana aku lahir dan dibesarkan, kemaring aku orang papua, sekarang aku orang papua, besok aku orang papua, selamanya aku orang papua. diatas tanah dan negeriku. 

Aku Ula Delfinus Kogoya telah dipulangkan paksa oleh mereka penyedia tiket permanen. 

Dari planet ini ke kampung sebelah bersama, pejuang-pejuang yang telah lama pergi dengan cara-cara yang aneh.

 Jika nanti disana kalo ketemu Tete Kelikuali aku bilang!

 "situasi di tanah pustaka masih seperti dulu.  tanyakan juga kepada leluhur, bahwa apakah ada sejarah permusuhan antara bangsa kami dengan mereka? jika yah, tolong sampaikan lewat mimpi sumber sejarah itu. jika tidak kenapa mereka menyiksa dan menganiaya kami sesuka-suka. Apa dasarnya sehingga mereka dengan tangan ringan membantai kami diatas tanah yang darah kami tumpah".

Katanya mereka sedang memungkut bukti-bukti lalu dikenakan pasal milik mereka untuk berlindung dibawa atap kadang milik mereka. itulah keadilan versi penyedia tiket permanen.

sementara 

hak ku untuk hidup tukar bicara dengan keluarga mereka tidak dapat kembalikan

hak ku untuk pendidikan

hak ku untuk canda dan tawa bersama teman-teman di kalangan mereka hilangkan

hak ku untuk wisisi dan menghias dengan suku ku tidak lagi ada

hak ku untuk memiliki keluarga baru ditiadakan

hak ku untuk memiliki keturunan mereka memusnahkan

padahal 

mereka masih memiliki hak untuk berdiskusi dengan keluarga

mereka masih memiliki hak untuk pendidikan

mereka masih memiliki hak untuk canda dan tawa

mereka masih memiliki hak untuk dandut dan menari

mereka masih memiliki hak untuk memiliki keluarga

mereka masih memiliki hak untuk keturunan.

Itukah keadilan untuk seluruh bangsa dan kemanusiaan yang adil dan beradap yang tertulis pada pilar bangsa sila ke dua ini?

Jeritanku mengangkut sendi-sendi sila

Teriakanku merontohkan tempok-tempok pemisah

Desahkan jiwaku nyalahkan api juang

Tumpah darahku memberikan candangan energi 

perjuangan sampai menang. Free West Papua.







Komentar