Ini Hutan Kami (Orang Papua)


hutan
Sumber,Doc-tidak diketahui
 Menurut, Rehan Savazri, V. Arnila Wulandani,(2021),Konsep kehidupan masyarakat di Tanah Papua yang menempatkan hutan sebagai ibu membuat masyarakat di Tanah Papua menganggap tanah, air, dan hutan yang ada di sekeliling mereka sebagai harta tak ternilai harganya. Masyarakat berprinsip, jika tidak melindungi harta, itu sama saja dengan tidak melindungi diri sendiri.

 Ada relasi kuat antara kehidupan masyarakat di Tanah Papua dengan alamnya. Orang papua memiliki kemampuan   membaca tanda-tanda alam sedang marah atau mendukung, bagaimana merawat dan pelihara hutan yang memberi kehidupan, menghayati dan menghargai rempah-rempah dan simbol-simbol yang mengandung nilai-nilai kehidupan.Kehidupan sehari-hari orang papua masih tergantung dengan kemurahan alam disekitarnya, yaitu hutan, sungai, danau dan laut,serta perkebunan dan pekarangan.

 Dari hutan orang papua mendapatkan makanan  berupa buah-buahan, umbi-umbian, sayur mayur, daging dari hewan liar dan burung, tumbuhan obat-obatan,  serta kayu sebagai bahan bangunan dan perahu. Dari sungai, danau dan laut orang papua mendapatkan sumber protein berupa ikan, kerang, udang, kepiting, katak, dan hewan air lainya. Dari perkebunan dan pekarangan mendapatkan sumber karbohidrat seperti jagung, kedelei, pisang,alpokat, kelapa hutan, kacang panjang, sayur kol, bayam dll.

Kekayaan alam papua yang sangat kaya akan sumber protein berfungsi sebagai pembangun dan pendorong pertumbuhan tubuh, otot, darah dan tulang, sementra karbohidrat memberikan manfaat sebagai sumber energi utama pada proses fotosintesi organ tubuh berdasarkan mekanisme kerjanya.

 Oleh karena itu, bagi orang asli Papua hutan adalah pelindung, hutan adalah benteng,  hutan adalah kehidupan, hutan adalah nafas, hutan adalah mama, pemahaman itu tertanam  pada orang asli Papua. Sehingga ketika ada oknum yang menggangu hutan maka orang Papua akan merasa diganggu.

Dari laporan kementrian lingkungan hidup dan kehutanan repoblik indonesia pada tahun 2021 dengan deforestasi seluas 2.411 hektar, atau penurunan luas hutan alam sebesar 1,18% dari total luas hutan alam yang tersebar pada areal total 17 SK dalam periode pemerintahan Presiden Joko Widodo, tidak termasuk penebangan liar dan kebakaran hutan faktor sengaja atau faktor alam.

Berdasarkan pengalaman yang dirasahkan dan diamati terhadap ganguan hutan yang memberi kehidupan, maka lahirlan sebuah energi perlawanan dengan cara peroraangan atau mengorganisir diri untuk mengusir pencuri dan pengangu sumber kehidupan. Perlawanan terjadi berkelanjutan sebab ini tetang hayat hidup aset  generasi dan masa depan orang papua.     

Komentar