Review: Jurnal Laporan Karya Andreas Harsono tentang “Pelanggaran Hak Asasi Manusia Papua Oleh Negara Indonesia” dan Tangapan Pembaca

 


 


 

 

human right

                            Sumber: Tirto.id-Andreas Harsono-penulis

 

 

           Reviewer: Evis Yoman

Kerangkah Perjalanan Membaca
Perjuangan bangsa papua bukan untuk memusuhi perorangan atau kelompok tapi untuk menegahkan keadilan permanen di muka bumi. Dalam kontek papua tidak semua orang indonesia bermoral penjajah tapi juga memiliki hati muliah dan menjujung tinggi nilai kemanusiaan. Hal seperti ini pembaca akan temukan saat melakukan perjalanan membaca.

 

 

Sebelum kita melakukan perjalanan membaca, sebaiknya kita  kenalan dengan penulis jurnal laporan dan artikel yang akan diriview. Andreas Harsono Lahir: Jember, Jawa Timur, Indonesia, 7 Agustus 1965.Ia meliput Indonesia untuk Human Rights Watch sejak tahun 2008. Dia ikut mendirikan Institut Studi Arus Informasi di Jakarta pada 1995, dan Yayasan Pantau, sebuah organisasi pelatihan jurnalisme, pada 2003. Sebagai pendukung kebebasan pers, Harsono ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen pada 1994 dan South East Asia Press Alliance di Bangkok pada 1998. Harsono memulai karier sebagai reporter harian The Jakarta Post, The Nation di Bangkok dan Star di Kuala Lumpur, serta redaktur Pantau, majalah bulanan tentang media dan jurnalisme di Jakarta. Dalam bahasa Indonesia, buku yang diterbitkannya antara lain Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat (bersama Budi Setiyono) dan “Agama” Saya Adalah Jurnalisme. Dia menulis, Race, Islam and Power: Ethnic and Religious Violence in Post-Soeharto Indonesia.

Ia memiliki kemampuan menulis yang baik dan mendidik dan menyadarkan banyak orang di indonesia dan internasional melalui karya tulisnya sebagai jurnalis. Salah satu karya beliyau tentang papua kita akan bahas dalam perjalanan membaca. Pada tahun 2008 -2010 , Mas A.H.(sebutan akrap) melakukan interview kepada tahanan politik papua soal siksaan dalam penjara. Ia telah  melakukan interview di beberapa tempat diantaranya Sentani, Manokwari, Fakfak, Nabire maupun Wamena. Selama setahun lebih. Ia juga telah mengumpulkan berkas-berkas para tapol. Dalam karya tulisannya ia telah melibatkan Toko Papua dan para tapol, diantaranya termasuk: Arnold Ap, Theys Eluay, Filep Karma, Ferdinand Pakage dan Luis Gedi. Untuk Filep Karma dibahas detail karena menurut Mas A.H. dalam tulisan , Belajar dari Filep Karma dengan judul “Pelanggaran hak asasi manusia Papua oleh negara Indonesia”.

Karya luas biasa ini, human right watch menerbitkan  pada Juni 2010 dengan judul, Prosecuting Criminal Aspiration: Indonesia’s Political Prisoners”. Kemudian dalam versi bahasa indonesia Mas A.H. terbitkan di blog pribadinya andreasharsono.net pada Kamis February 24, 2011 dengan judul “Belajar dari Filep Karma”.


Benar adanya bahwa kemampuan menulis A.H. telah mendidik dan menyadarkan banyak orang di indonesia dan internasional. Berikut ini beberapa komentar yang bisa pembaca ikuti.

 

Berita yang mengejutkan.

unknown March 09, 2011

 

 

terimakasih atas laporan panjang ini, mas andreas. kekejaman dan kejahatan kemanusiaan, meski dilakukan oleh bangsa sendiri, bahkan keluarga sendiri, tetap harus dikabarkan. Unknown March 12, 2011

 

 

 

 

 

Mas Andreas,

Terima kasih untuk banyak pelajaran dari Bapak Filep Karma. Saya belajar banyak sekali soal aksi damai beliau yang dibalas dengan tindakan biadab tentara Indopahit. Bisa minta tolong comment mas Martoni di atas dihapus. Dia rasis sekali dengan koment membedakan binatang dan manusia. Apa maksud dia? Bukankah tiap manusia sama kedudukannya baik di muka hukum dan di muka Tuhan.Bung Imam, March 12, 2011

 

Atas nama Tuhan, Negara ini didirikan untuk menaungi manusia yang ingin menatap hidupnya lebih baik dan merdeka, maka apalah gunanya negara jika dia membunuh anakmu, istrimu dan mengataimu anjing, budak, dan primitif.

apa yang akan kalian lakukan jika jadi mereka yang jauh dari kenyamanan ibukota? lihat manusia-manusia perbatasan, mereka tak tahan dengan keterbelakangan yang diberikan negri ini, lalu mereka menarik batasnya sendiri dan lari menjadi warga negara jiran.

kalian yang mengaku Nasionalis cuma para penipu, nasionalis hanya ada di Jawa, tapi apa yang kalian lakukan saat orang aceh yang bodoh mengais sampah disebelah ladang gas mobil oil? apa yang kalian lakuan saat orang nusa tenggara keracuna limbah newmount? apa yang kalian lakukan saat tanahnya diperlakukan semena-mena dan tak sepeserpun uangnya kau dapat?

para nasionalis negri ini cuma mau kecipratan uang dari "neo VOC", centeng kompeni yang di bayar dollar. tanah papua bukan punya kalian, itu punya orang papua, mereka berbaik hati masuk dalam NKRI, tapi NKRI mengkhianati

Miiirza, March 12, 2011

 

Saya kira reportase Bos AH patut diacungin jempol besar karena bikin tahu kita tentang hal-hal yang selama ini tidak kita ketahui.

Saya menduga banyak cerita sejenis di berbagai belahan bumi Indonesia (berbeda kadar dan konteks namun sama dalam sifat, kekerasan terhadap sesama) tetapi belum sempat diungkap dengan detail plus akurat lewat metode reportase yang baik.

Salut buat Bos AH yang tak lelah mengajarkan cara menulis (pada dasarnya cara meneliti dan melaporkan hasil penelitian) yang lengkap sekaligus enak dibaca.

Tulisan-tulisan lain ditunggu .. buat belajar, tetapi yang paling penting sebagai pembuka mata kita pada erbagai tindak ketidakadilan di negara yang katanya punya Pancasila sebagai dasar kehidupannya.

Aunul Fauzi, March 12, 2011

 

Martono Alik, otak kamu dangkal sekali, lakukan perbandingan dgn hal yg tidak relevan. Nasionalisme Indonesia seperti apa yg kamu pertahankan? Barangkali kau buta dan tuli untuk melihat kenyataan yg terjadi, bukan saja terhadap orang Papua tapi juga bagi orang yg serumpun dengan kamu. Apa yang akan kau katakan ketika adik/mama kamu diperkosa oleh tentara Indonesia seperti yang terus terjadi diperbatasan Papua-PNG?

Dengan mendirikan "rumah tinggi" tiap 3-5 km, seluruh aktifitas masyarakat lokal ditanyai. Harus melapor untuk melakukan aktifitas. Dengan membawa parang untuk mencari kayu di hutan selalu dituduh separatis, para ibu yang mau ke hutan mencari makanan atau berkebun pasti diawasi bahkan sampai diperkosa. Orang asli merasa hak mereka di atas tanah airnya sendiri sudah hilang dengan kehadiran militer yang sangat banyak.

Akibat itu dialami langsung oleh anak-anak mereka yg sering mengantuk saat dikelas meski hari masih pagi. Ketika Helena Huby (ibu guru di Arso) bertanya kenapa tidur saat belajar, jawab mereka "sa lapar, sa blm makan".

Itu karena orang tua mereka takut keluar jika terus berhadapan dengan militer dan terima perlakuan yg biadab dari orang yg kau banggakan "Militer mu".

 

Satu lagi, jika ingin melihat masalah HAM dengan jernih, maka letakkan dulu 'nasionalisme' mu yg sempit itu dan lihat sebagai pribadi manusia terhadap manusia lain yang diciptakan dengan hak yang sama dari Tuhan.

kedua, kau menipu dirimu sendiri dengan terus membela negara mu yang berkelakuan seperti 'binatang' (barangkali kau binatang)

ketiga, orang Papua punya sejarahnya sendiri dan tidak pernah terlibat dalam pembentukan negara mu.

Semoga kau Waras hingga mampu berpikir jerih.

kepada bung Andreas H, saya kagum pada keberanian kamu. meski dicerca kau tetap berdiri dipijakan mu. Teruslah bela orang keil yang suaranya tidak didengar.

Salam.

Justizia Lantipo,March 12, 2011

 

Mas Andreas, terimakasih untuk tulisan ini. Tulisan yang mencerdaskan. Saya pribadi banyak belajar bagaimana Indopahit memperlakukan 'manusia' melalui tulisan ini. Bagaimana hak kebebasan berpendapat seseorang tidak dihargai oleh pemerintah Indopahit. Padahal negara jelas2 mengatur hal ini melalui UUD 1945. Sungguh ironis! Saya masih berharap bahwa keadilan akan berpihak pada orang2 lemah dan tertindas. La lutta continua, Pak Filep!

Anonymous, March 12, 2011

 

Salam Kemanusiaan!

Salut buat Mas A.H.

Luar biasa tulisan anda, sy terharu menyimak cerita fakta ini.Ke arah mana sebetulnya negeri ini akan dibawa? jika semuanya berakhir dengan penyiksaan, perampasan hak, dan penderitaan?

Aku cuma bisa berdoa, smoga tak ada lagi tragedi kemanusiaan di negeri ini.

Allohummahdi Qoumi fainnahum laa ya'lamun..

Unknown, March 13, 2011

Sebuah laporan yang harus diberi apresiasi. Sangat menarik bung Andreas. Ketika fakta yang berbicara, apalagi yang harus kita katakan. Hanya orang bodoh yang tidak mau jujur mengatakan bahwa NKRI sudah gagal.

Martoni Alik itu sepertinya adalah 'robot" NKRI yang sudah sangat terindoktrinasi dengan nasionalisme semu republik indopahit ini. Kasihan orang muda seperti itu....

Maju terus bung Andreas...

Unknown, March 13, 2011

 

Mas Andreas Harsono telah menulis apa adanya. Ia bantu menyuarakan hak asasi manusia di Papua. Luar biasa tulisannya Mas. Dan, luar biasa pula kekerasan yang dilakukan tentara/sipir terhadap tapol Papua.

Lanjut terus Mas.

Kalo bukan dengan pena, dengan apa lagi kebenaran diungkapkan.

Si Jaey, March 13, 2011

 

Atas nama keinginan untuk menguasai kekayaan Papua, semua orang Papua kemudian dianggap separatis. Dianggap sebagai pemberontak ketika mereka ingin memperjuangkan haknya.

Negara ini telah habis-habisan membabat kehidupan Papua.Menyuarakan Papua adalah keberanian melawan arus, dan tidak semua orang memiliki itu. Bagi sebagian orang mungkin bukan isu strategis, tapi bagi Mas Andreas sekecil apapun suara itu hrs disuarakan. Media mainstreem tentunya akan berpikir berkali-kali unutk mengangkat kasus Papaua. Namun media alternatif seperti blok dll adalah sarana untuk membuka fakta.

Terimakasih mas atas investigasi yang bagus...terus suarakan suara sumir di setiap sudut negeri ini, demi keadilan........

Sanggar A.D.B, March 13, 2011

 

Ini tulisan keren. Pandangan kita selama ini soal papua--terutama bersumber dari media indopahit dan pemerintah; separatis, kuno dan kulit hitam, kasar dan bengis, bahkan bodoh--setelah membaca tulisan ini perlahan kita paham penderitaan saudara-saudara kita di papua dan tentu saja soal Pelanggaran HAM pada warga papua. sederhana saja, mereka yang pandangannya masih-masih itu saja, tentu saja lebih pola pikirnya primitif dan anti kemanusiaan, serta sok jadi pahlawan indonesia. ngapain coba indonesia dibela?

Made Ali, March 15, 2011

Dasar kamu Bajingan, cari makan dan sekolah di Indonesia, tapi kamu malah menjelek2kan Indonesia, dasar Munafik,..kalau cara mu seperti itu lebih baik kamu pergi dari Tanah Indonesia, saya baca muak dengan isi beritanya....kamu nafas dan hidup di Indonesia sadarlah kau bangsat...

Revan Rulidartono, March 24, 2011

Demi dapur mengepul, rela memfitnah negara sendiri... salut buat mas AH, semoga dana asing makin banyak mengalir ke kantong mu.

Sentonov, March 25, 2011

Liputan yang menarik. I love it.... Journalist without border. Inilah fakta, yg jarang terungkap di media2 besar di Indonesia. Teruslah menulis. Ada yang menghina, mencerca? Biarlah!!! itu hanya dilakukan orang2 cupet, munafik dan suka menyimpan kebusukan. Aku punya istilah menarik untuk orang2 ini.

Aku andaikan Indonesia itu anak kita yang perlu kita sayangi n dipelihara baik agar dia jadi anak yg jujur, berbudi pekerti dan berperikemanusiaan. Nah, si anak kita ini berbuat jahat, dia menyiksa dan memperkosa orang, memperkosa hak2 orang lain. Si orang tua dan keluarganya, mati2an menyembunyikan, membela membabi buta dan berupaya mengabarkan kepada orang lain kalau anaknya itu anak yang baik, sopan, bagus, anak manis.....

Orangtua dan keluarga tipe ini, secara tak sadar bukannya malah memperbaiki si anak, namun secara perlahan MEMBUNUH karakter dan membiarkan anak itu berkubang lumpur dan tenggelam dalam kejahatan. Harusnya, sebagai orangtua dan keluarga, memberitahu, mengabarkan, menyadarkan si anak, jika apa yang dilakukan itu salah. BUkan menyembunyikan kebusukan anak dengan alasan: demi nama baik keluarga!!!!!!!

Jadi, silahkan memilih, jika Anda ingin menjadi orang tua dan keluarga yang menjerumuskan anak, silahkan dengan kecupetan dan kepicikan berpikir. Hidup itu pilihan.

Ini Wartawan Poenja Blog, March 25, 2011

 

Pelanggaran HAM, dengan alasan apapun tidak akan pernah bisa dibenarkan termasuk jika dilakukan oleh bangsa sendiri, pada point itu penulis telah melakukan hal yang benar. Meskipun demikian saya juga yakin banyak juga anggota TNI yang turut menjadi korban dan luput dari pemberitaan penulis dan dan kepedulian LSM asing manapun.

Saya juga cukup prihatin dengan banyaknya komentar yang menyebut Indonesia(tempat yang saat ini kita tinggali) dengan sebutan Indopahit, buat saya mereka sama butanya dengan kaum nasionalis "ngawur" itu. Negara ini didirikan dengan susah payah, dengan mengorbankan hampir segalanya, sebenci apapun kita terhadap kelakuan aparatnya, apa pantas, seseorang yang masih memakai bahasa Indonesia, menyebut negara ini Indopahit. Kalau mereka sudah tidak cinta, saya masih. Apa mereka tidak bisa lebih menahan diri demi menghargai orang yang masih mencintai negeri ini, dan berjuang untuk memperbaikinya bukan cuma mengolok-oloknya.

Bicara soal pahit, ada sebuah fakta pahit yang berlaku diseluruh dunia tanpa terkecuali. Jika sudah menyangkut kedaulatan, maka kemanusiaan nomor dua. Orang - orang tertentu mungkin marah dengan kata-kata ini, tapi sampai kapanpun, akan selalu seperti itu keadaannya.

Saya pikir, segigih apapun masyarakat papua "meminta" harus dalam kerangka NKRI. Dalam kerangka NKRI mereka bisa menuntut dan meminta lebih dan terus begitu hingga kesejahteraan mereka setara dengan masyarakat pulau lain. Tapi Kalau yang di minta merdeka, maka kedaulatan selalu lebih utama ketimbang kemanusiaan. Dan ini berlaku di semua negara tanpa terkecuali.

Unknown, March 26, 2011

 

 

Komentar