“Jangan Minta-Minta”
دو
Oleh:Evis Yoman
Jangan minta minta
tidak bermaksud melarang tapi rambu-rambu untuk menumbuhkan benih kemandirian
dan hidup tidak bergantung pada orang lain dengan cara minta-minta. Bagi orang
asli papua keluarga besar adalah harta berharga karena itu kekeluargaan adalah
modal sosial yang sangat dijaga turun temurun dalam kultur orang asli papua.
Modal sosial ini bila dimanfaatkan dengan baik untuk membangun dan mendukung
kemajuan bersama di bidang sosial dan ekonomi akan besar sekali manfaatnya.
Keluarga besar
dapat mengorganisir dirinya untuk saling membantu dalam hal-hal tertentu
seperti menyekolahkan anak atau mendirikan usaha koperasi dan kegiatan-kegiatan
sosial lainya yang bertujuan mensejatrahkan kehidupan bersama. Sayangnya kenyataan
dilapangan tidak lagi sama. Daud mandowen pernah menjabat sebagai ketua DPR-D
kabupaten manokowari, suatu hari la didatanggi sekelompok warga masyarakat
orang asli papua untuk meminta bantuan. Ia dengan sopan menjawab
"saudara-saudaraku, hari ini bapak belum bisa membantu karena dana belum
turun."
Secara spontan
salah seorang warga sambil meludai ke tanah, (cara mengihina dalam kultur orang
asli papua) berkata: "S feeek...kalau miskin jangan jadi wakil ketua DPR-D.
Bikin malu saja!" ada juga di wamena keluarga dekat penulis menjebat
sebagai orang penting di kursi pemerintahan dan hampir setiap hari dirumah
beliyau selalu ada tamu dari beragam unsur masyarakat datang memintah bantuan
dengan berbagai macam alasan.
Suatu hari dengan
tidak sengaja saya bertanya kepada beliyau, kenapa keluarga yang datang kerumah
itu belum pulang-pulang? Lalu ia merenung sebentar dan bilang pada saya "
Evis suatu ketika kamu sukses jangan pernah bermimpi untuk menjadi orang
penting di pemerintahan yah, setiap hari kami sarapan dengan ketemu tamu,
minta-minta uang, mereka masih sehat dan kuat bisa kerja tapi justru datang
karena masyarakat mengangap penjabat selalu ada uang". Semenyak itu
penulis sempat berpikir, berarti, memjadi penjabat di tanah sendiri tetap saja
hidup sensara dan tidak bahagia dengan kebiasaan minta-minta ini.
Pengalaman kedua
kasus ini dapat diwakili rasa dan kegelisaan penjabat orang asli papua yang
selama ini belum bisa diungkapkan, kita manusia yang memiliki hati nurani perlu
memahami mereka juga. Disaat yang sama penjabat papua juga main kasi saja,tanpa
mempertimbangkan matang efek buruk terhadap jangka panjang misal, membuat
masyarakat hidup bergantung pada bantuan dan tidak mendidik kaum sendiri.
Kebiasaan
minta-minta ini adalah bukti nyata tentang bagaimana sistem dan cara pemerintah
mengurus rakyat, telah merubah perilaku orang asli papua,untuk tidak malu-malu
lagi meminta bantuan dengan berbagai macam cara. Padahal dalam kultur suku-suku
di Papua, orang yang meminta-minta adalah sesuatu yang memalukan bagi seluru
keluarga besarnya.
Faktor terbentuknya
Kebiasaan minta-minta ini, dapat dilihat “Orang Asli Papua sebelum dan sesudah
indonesia”. Orang luar bertamu datang atau masuk di tanah papua sejak tahun 1623
sampai Pada 5 February 1855 yang
merupakan hari injil masuk di tanah papua. Sedangkan pada 1 mei 1963 merupakan
hari indonesia menduduki tanah papua.
Sebelum pemerintah
indonesia menduduki tanah papua, Orang Asli Papua tidak pernah mintah-minta
karena ”orang yang meminta-minta adalah sesuatu yang memalukan bagi seluru
keluarga besarnya, dalam kultur OAP”. Orang Asli papua adalah pekerja keras. Sebelum
injil masuk dan pemerintah Orang Asli Papua hidup turun temurun dan berkembang
biak adalah wujud bahwa OAP pekerja
keras. Kerja keras dalam bertani(kebun), kerja keras pelihara ternak babi,
kerja keras menhidupi keluarga, kerja keras dalam mempertahankan suku dan
wilaya saat peran, kerja keras dalam mendidik anak melalui pendidikan litersi
lisan.
Tetapi kemudian
setelah negara hadir di tanah papua melalui pemerintah terjadi perubahan polah
hidup. Perubahan itu adalah kebiasaan minta-minta. Kebiasaan ini, terbentuk
karena program pemerintah yang memanjakan masyarakat dengan memberi bantuan-bantuam
seprti dana otonomi khusus melalui desa,
bantuan beras miskin, bantuan dana miskin, dan jenis bantuan lainnya.
Bagi pemerintah
membantu masyarakat adalah kesejahteraan tapi disaat yang sama, membuat masyarakat
hidup bergantung pada bantuan-bantuan dari pemerintah sehingga masyarakat
menjadi pemelas kerja dan dengan mudah dan tidak malu minta-minta.
Mental kerja keras
orang asli papua telah dirusak oleh pemerintah melalui pendekatan kata
kesejahteraan. Definisi kesejahteraan
bersifat(kasih geratis, terima geratis) ini, perlu dievaluasi karena sangat
tidak mendidik masyarakat.
Dalam bantuan-bantuan
ini pemerintah telah memproduksi nama baru(Label) orang asli papua yaitu “Miskin”.
Sehingga ada bantuan beras miskin dll. Orang Asli papua yang pekerja keras itu
dimiskinkan, secara jangka pamjang dan terprogram. Hal ini masyarakat perlu
memahami melalui tulisan ini.
Di era sekarang
ini, orang harus bicara kemandirian. Mandiri terhadap diri, mandiri dalam
keluarga, mandiri dalam karir, mandiri dalam segala hal. Ini adalah langkah
kecil dan ampuh untuk menghasilkan sesuatu yang besar, menuju apa yang
dicita-citakan oleh leluhur.
Komentar