Doc-PenaYonda
"Penulis tidak membahas kunume
sebagai tempat tapi kunume sebagai kehidupan manusia artinya aktivitas yang dapat
terjadi didalam kunume."
Artikel
ini ditulis mundur kebelakang, artinya roh dan kebenaran yang terkandung dalam
kunume dilihat sebelum orang asli Papua berinteraksi dengan orang luar atau orang
asing masuk ke tanah papua.
Agar
roh dan kebenaran itu tetap hidup dan mengalir pada kehidupan orang yang
ber-kunume, dengan hal baik dipertahankan atau dipupuk demikian pula hal buruk
yang menghambat kami Orang Asli papua harus dipangkas dan itu hanya bisa
dilakukan oleh kita Orang Asli papua. Sebab kitalah yang paham tentang diri
kita sendiri.
Kunume
dalam bahasa Lani, Kunume adalah Universitas kehidupan, juga merupakan pusat
"wene"(ilmu pengetahuan). Kunume adalah induk atau mama dari: Budaya,
Sosial, Ekonomi, Politik, Agama serta Pendidikan.
Kedudukan dan peran kunume dalam
fenomena kehidupan nyata tergantung pada konteks dan kebutuhan. Kunume telah
melahirkan banyak hal yang saat ini berlaku sebagai kebiasaan atau budaya.
Adapulah penghambat dan pendukung atau negatif dan positif.
A. Penghambat Nenatif:
1.Ceritakan
dendam terhadap musuh
2.
Ceritakan pengalaman bersetubuh dengan perempuan
3.
Segala informasi sumber tidak kredibel
4.
Patriarki kental (Sistem Sosial yang dominan peran pada laki laki)
5.
Edukasi secara inisiasi
6.Memboros
Waktu
7.
Terbentuk Kebiasaan Malas
B. Pendukung/positif
1.
Pendidikan melalui literasi lisan
2.
Silsilah/keturunan kuat
3.
Wene yang penting dilagukan atau didogenkan
4.
Nilai kemanusiaan dan sosial dibicarakan
5.
Dilarang keras untuk membunuh orang yang tidak ada masalah dalam peran.
6.
Menguatkan Ikatan kekeluargaan
7.
Saling memperhatikan
C. Kunume pada beberapa
konteks
1. Kunume dalam konteks budaya
Kunume
dalam konteks budaya adalah tempat rahasia dan sakral yang menjaga api tetap
menyalah atau tidak padam dari tunggu api. Api masih menyala mengandung
makna orang Papua masih hidup dan akan terus hidup atau bertanda Tuhan (Nabelan
Kabelan) masih pelihara kami dengan cara yang hebat. Api yang masih hidup
pada kayu yang terbakar dikuburkan kedalam tunggu dan ditutup dengan
serbuk arang. Penyelasan ini benar benar bertentangan dengan sains. Secara
sains api hidup dan menyala harus ada tiga komponen utama yaitu:
1) Udarah/Oksigen
(O2)
2) Materi-kayu
atau yang dibakar
3) Energi-Gesekan
Saat
api dikuburkan atau tutup dengan serbuk arang tidak ada udara yang yang masuk
atau berinteraksi tapi kenapa api masih tetap hidup dalam tunggu di
kunume?
Photo_Puntung
kayu (Kanirowa)
Api
tetap hidup tapi tidak menyala hal itu karena tumpukan arang (Karbon C) dari
satu atau dua batang puntung kayu. Puntung kayu dilarang keras tidak bisa bawa
keluar dari kunume karena itu bisa mendatangkan musibah, seperti gempa,
longsor, anak anak kecil sakit, babi ternak mati, atau terjadi kelaparan. Hal
ini belum cukup puas ketika memahami secara logika tapi pada kenyataannya
terjadi musibah yang sudah disebutkan. Oleh karena itu penulis memandang
kunume dari sudut pandang budaya adalah rahasia dan sakral.
2.
Kunume dalam konteks sosial
Salah
satu nilai sosial yang masih eksis dalam kehidupan orang Papua adalah tradisi
menyambut kelahiran anak bayi. Jika salah satu ibu dari dusun tertentu
melahirkan anak maka semua orang yang menjadi tetangga atau keluarga besar
selalu mengutamakan kebutuhan ibu dan anak bayi. Selain itu keluarga dan
tetangga kumpul masak dan makan bersama. Setiap orang yang kunjungi rumah
kelahiran akan memberi salam kepada ibu dan menggendong bayi yang baru lahir.
Dua atau tiga hari seorang bayi sudah berinteraksi dengan banyak orang. Bayi
bertumbuh dengan berpindah pindah di tangan orang. Seorang bayi sejak dini
sudah memiliki beni atau nilai sosial. Hal ini membuat orang Papua terlihat
sosialis dalam kehidupan bermasyarakat.
3.
Kunume dalam konteks Ekonomi
Kunume
adalah sebuah wadah pria berkumpul dan menggagas perencanaan perputaran
ekonomi. Sumber ekonomi utama orang Papua adalah bertani kebun. Oleh karena itu
di kunume merancang dan target waktu yang diperlukan untuk kerja kebun,
menanam, hingga panen hasil kerja.
Orang
Papua kerja atau membuka lahan kebun tidak sembarang, artinya orang Papua paham
bulan" apa saja harus kerja, dalam musim seperti apa ditentukan dengan
metode membaca tanda-tanda alam seperti arah matahari mengantikan
kalender.
Hal
yang paling unik dan menawan dalam membuka lahan kebun baru selalu utama
pendeta, guru, ibu-ibu janda, anak-anak Jatim piatu dan orang orang usia
lanjut. Kepala kebun selalu mengerahkan orang untuk selesaikan bagian orang
lemah terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan masyarakat pada umumnya.
Berkat
dari utamakan orang lemah terlebih dahulu ini, akan menjaga orang dari potensi
kecelakan saat kerja dan terhindar dari musibah seranga makan tanaman, dan hal
itu benar benar terjadi. Sehingga kebiasaan ini masih ada sampai saat ini
karena sudah teruji dengan kehidupan nyata.
4.
Kunume dalam konteks politik
Cara
orang Papua berpolitik yang asli adalah sebelum tahun 1855. Dalam hal pemilihan
kepala suku atau kepala kebun dipilih berdasarkan kemampuan berbicara dan
kebiasaan cara berpikir untuk semua.
Komentar