Yelek pelek selalu menjadi kordinator Komsumsi
Yelek Pelek adalah sebuah nama seseorang, nama ini lahir berdasarkan situasi yang dialaminya sejak Ia kecil hingga dewasa. Dalam bahasa Lani Yelek Pelek artinya penolakan, ditolak, tidak diterima atau tidak diakui dalam keluarga besarnya. Yelek pelek memiliki lima bersaudara tiga anak laki-laki termasuk dia dan dua anak perempuan. Ia adalah anak kedua yang cukup lincah dan berani, ibu dari lima bersaudara ini memiliki nganguan mental sehingga faktor ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan lima bersaudara dalam lingkunganya, ayah mereka seorang pengembara tidur dimana makan dimana, jarang sekali ada dirumah dengan anak-anaknya, tapi Dia selalu memperhatikan satu hal dengan konsisten yaitu kayu bakar. Sebelum dia pergi mengembara dia akan menyediakan stok kayu bakar yang cukup untuk beberapa bulan, Yelek Pelek dengan lincahnya akan pergi jual di perumahan pemda dan tempat jual gorengan di kota Tiom. Yelek Pelek telah berperan mengantikan orang tuanya.
Mereka bukan yatim piatu tapi terdengar mirip karena unsur orang tua. Pembaca mau salahkan orang tua yah..tidak juga yah...karena situasi ini agak berat untuk memastikan. Yelek Pelek tahu apa yang harus ia lakukan, saat ada kegiatan kerja kebun dalam kelompok, kegiatan gereja, di duka dan diruma tetanga sekitar ia akan membawa adik-adiknya agar bisa dapat makan, Ia tahu orang menerima kehadiran mereka dengan hati yang tidak tulus, ia tahu orang menceritakan mereka, ia tahu orang lain menolak mereka secara diam-diam, ia tahu orang membuli keadaan ibu dan ayahnya, ia tahu semua yang terjadi pada mereka dan ia tahu itu yang harus terjadi.
Semua rintanga, masalah pejuangan keberlangsungan hidup yang sangat melelahkan ini Ia hadapi dengan modal keberanian yang Ia miliki. Semua cara yang ia lakukana adalah berkat dari sifat lincah yang Ia punya. Ia berhasil mengunakan potensi keberanian dan kelincahannya pada situasi dan konteks yang tepat. Kemudian bulian buruk yang didapatkan dari sosial telah membuatnya menjadi dewasa dan kuat. Setelah Ia beranjak dewasa, Ia memiliki visi bahwa saya tidak mau dengar anak-anak di kampung ini bernasip seperti keluarga kami. Walaupun Ia belum berpendidikan ia selalu bicara tentang pentingnya pendidikan dan menbangun keluarga yang baik.
Selain itu Ia punya wene yang selalu mengerakan dia buat sesuatu, saat situasi duka di kampung itu Ia selalu siap menjadi kordinator komsumsi, dan mengerakan orang untuk masak. Alasanya “waktu kecil dengan adik-adiku belum bisa buat apa apa, kami telah dibesarkan dengan masakan orang lain di setiap duka, sekarang saya dan adik-adik sudah tumbuh dewasa, saya mau kerja dengan semangat untuk membesarkan anak-anak kalian yang masih kecil seperti kami dulu” ketika Ia menaru pikiran ini sebagai dasar maka di setiap kegiatan di dika, di gereja, di kebun dll Ia memimpin sebagai kordinator komsumsi maka makanan selalu hambur atau kelebihan.
Komentar