Nene ||Ulagai Lani

 

Nene ||Ulagai Lani

sunrice


                                                  

Setiap malam nene ulagai senantiasa membacakan doa-doa bagaikan nyanyian  merdu pengantar tidur

Didalam doa nama ulagai selalu disebut, harapan nene didalam doa

Suatu ketika ulagai akan pergi jauh disana tempat matahari terbit

Mengikuti jejak kaka-kaka-nya yang telah lama pergi menimba ilmu

Ulagai semakin yakin, doa nene adalah tongkat pegangan yang akan menutun ia akan pergi jauh ke tempat matahari terbit

Ulagai selalu nampak diam. Ia berbahasa indonesia kaki kepala dan kurang-kurang huruf tapi sangat lincah dalam gerakannya

Suatu ketika diberitahu oleh guru SMA nya. Ia telah lulus ujian nasional ia berlari sejauh 200 meter dengan suasana ceria, Ia hamburkan senyum dengan apapuan yang ia jumpai

Berlari 200 meter adalah terakhir kali ia menginjakan kaki di kampung halaman, lalu ia pergi meningalkan bunyi jangkrek setiap sore, Ia tidak akan pernah mendengarkan Doa-doa merdu yang selalu namanya disebutkan di malam hari. Ia tidak akan merasakan embun di pagi hari telurusi bukit dan lembah melewati sungai rimba, jalan kecil berliku-liku yang telah menyatu dalam semangat juang di taap-taap itu.

Kini ia sudah pergi tanpa mempertimbangkan makan dimana, tidur dimana asal berani ia pergi, kepergian-nya membawa semangat dan harapan namun ia juga tinggalkan kesan sebagai seorang pejuang dan mandiri di benak nene-nya.

Setelah tiba di suatu kota, ia tidak akan diam seperti biasa, Ia dipertemukan dengan kaka-kakanya yang pernah nama mereka selalu disebut dalam nyanyian Doa nene. Kedatangannya disambut baik ia pun melakukan harapan nene didalam nyanyian Doa

Tapi kini, rindu menyiksa batin seakan jangkrek tidak kan perna berbunyi lagi, air mengalir pun tidak, nyanyian mendu berisikan harapan kini memori membaca dalam nada-nada ratapan, hati hancur sungu ulagai tak kan pernah lepaskan tongkat yang penuh isyarat itu.   

Komentar