Noken Adalah Sebuah Karya Orang Papua
Noken Adalah Sebuah Karya Orang Papua
Penulis:Evis Yoman
Filosofi
Pada tahun 2012 di
bulan desember komunitas The United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) telah mengakui dan menetapkan noken sebagai sebuah produk karya orang asli
papua dan didudukan sebagai warisan Dunia. Semenjak itu status noken menjadi legal dan sebuah
produk yang bernilai berdimensi internasional. Bagi orang non papua mengangap noken merupakan sebuah tas
tradisional tapi bagi orang papua noken adalah alat perdamaian, simbol
kehidupan serta ikatan budaya yang bersifat tidak beraturan. Ketidakberaturan diamati
dari proses merajut yang sangat talingkar. Ketalingkaran ini mejibolkan ikatan
kekeluargaan yang dalam dan luas. Dalam hubungan keluarga noken dapat berperan
sebagai pemersatu wanita, persatuan wanita mulai ada saat melakukan pendidikan
anyaman noken,. Kemudian orang baru atau tamu yang datang dari beda daerah akan
diberikan sebuah noken sebagai wujud dari sikap hati tuan rumah menerima
kedantangan mereka dengan iklas dan damai. Dari sudut pandang kehidupan noken
memiliki roh dan semangat bahwa noken merupakan pelindung atau pembungkus dan
atau penyelimut orang asli papua. Orang asli papua diisi dan dibesarkan didalam
noken dengan aman. Cara gunakan noken
cenderung disangkutkan di bagian kepala yang mengarah ke bagian punggung oleh
wanita papua. Didalam noken ada nyayian mama untuk membujuk aku tidur, “wao..waite...ulagai lee jugunda” aku
terlindung dari hujan dan panas, aku terbaring melintasi punggung mama, mama ku
pembuat noken.
Cikal
bakal lahirnya ide rajutan noken.
Dalam pradaban Leluhur orang
asli papua ide awal pembuatan noken muncul dengan mengamati sarang laba-laba(imitate
of spiderWeb) lalu dikembangkan menjadi sebuah produk ide yaitu noken. Sebelum adanya
noken leluhur orang papua mengemas sesuatu dengan daun pisang atau dedaunan
yang berukuran tebal. Tuntutan keberlangsungan hidup mendorang orang papua
membuat noken dengan multifungsi.
Material
Bahan baku yang
digunakan adalah bahan alami yaitu serat tanaman. Pohon yang dijadikan bahan
baku sudah diketahui suatu suku berdasarkan kualitas daya tahan dan kekerasan. Kulit
pohon didapatkan dengan cara mengupas lalu dikeringkan pada sinar matahari atau
tempat pengering kayu bakar diatas tungku api saluran asap, bisa juga rendamkan
di kolam atau sungai.
Cara
buat
Pada tahap ini, kilit
kayu yang direndam atau dikeringkan diproses menjadi serat. Serat ini
dihaluskan dengan cara menyisir atau memisahkan baian-bagian kecil hinga hasil
maksimal. Kemudian serat halus mulai dipintal mengunakan paha
atau alat dasar dengan menambahkan abu api sebagai perekat atau penguat. Banyaknya
pintalan sesuai kebutuhan pengerajin noken. Selanjutnya hasil pintalan mulai merajut.
Namun ada juga yang harus diberi warna, pemberian warna dilakukan dengan dua
metode. Pertama,ekstrak daun yang
dijadikan warna lalu dikenakan pada sisi pintal. Kedua, dibungkusi tali pintalan dengan kulit tanaman berwarna agar
corak rupa noken lebih bervariasi. Dengan
adanya kemajuan perkembangan saat ini,tidak hanya mengunakan serat kayu tapi
juga benang wal, katun, linen dan rayon, sutra, sistesis nilon akrilik serta
tali manila.Jenis bahan tekstil ini didapatkan dengan berbelanja di pasar lalu dirajut dengan jarum perajut hingga membentuk
sebua noken.
Keunikan
Keunikan universal
adalah noken hanya bisa dibuat oleh wanita west papua(Melanesia Women),
keterampilan rajut noken adalah pembeda
dengan wanita lain di Bumi. Keunikan lainnya adalah bentuk yang variatif dan
beraneka warna serta multifungsi. Rajutan noken ini terus berkembang pesat di
komunitas pengrajin tangan dengan berbagai jenis bentuk sesuai kebutuhan
penguna, adapun beberapa kegunaan yaitu sebagai sendal, pembungkus air galong,
topi,tas, gelang tangan, anting-anting,kode rambut, salenda,tablak meja, pengias
rumah, serta busana atau pakaian. Merajut noken merupakan sebuah keterampilan
yang dimiliki olah wanita west papua.
Komentar