Orang Lani Memiliki Marga

 




Pada bagian ini akan konsisten membahas

Basa Basi

Pembahasan kajian tentang nika sama Marga

Definisi Marga

Konteks Pembentukan Marga

Pandangan Agama Tentang Marga

Konsep Sains Dalam Perilaku Orang Bermarga

Pandangan Budaya Tentang Marga

Pandangan Moderen Tentang Marga

Pemberian Penghormatan Ibu Berdasarkan Marga

Perkembangan Sub Marga

Pola Pemberian Marga

Dampak Melangar Aturan Marga

 

 

Basa basi

Pada hari kamis, 18  bulan desember 2022 tepatnya pukul 18;00 sampai selesai. Afrimasi pelajar dan mahasiswa kabupaten lanny jaya (APMLJ)Se-Indonesia. Mengadakan diskusi secara online dengan tema “menikah  marga sama”. Diskusi ini dilatarbelakanggi dengan pembahasan dalam Group mahasiswa Lani se-jawa dan bali belum lama itu. Dalam diskusi ini dihadiri 203 orang dengan berbagai lapisan masyarakatat namun dominasi mahasiswa. Diskusi ini telah berlangsung dengan pro dan kontra terhadap judul yang dibahas. Dari diskusi ini, mengeluarkan cacatan  dua pertanyaan yang membuat, perlu ada kajian untuk bisa menjawabnya pertanyaan tersebut antara lain: 1. Kenapa marga harus ikut bapa ? 2. Dari mana asal usul marga  suku Lani di papua? Untuk menjawab pertanyaan ini, PenaYonda melakukan kajian kecil-kecilan mengunakan metode fenomenalogi yang akan bahas disini.

Pembahasan kajian tentang nika sama Marga

Berdasarkan cacatan yang dijelaskan pada basa-basi di awal, penulis melakukan penelitian dengan beberapa indikator  dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

Nomor

Indikator

Presentase Setuju

Presentase Tidak Setuju

1

Budaya bermarga

100%

%

2

Nikah antar suku

85,7%

14,3%

3

Nika sama marga

42,9%

57,1%

4

Nika satu jenis marga

42,9%

57,1%

5

Nika beda marga

100%

%

 

a.    Analisis data

Data presentase dari kelima indikator, indikator 1 dan 5 menunjukan 100 persen sementara indikator 2, 3, dan 4  menunjukan angka yang berbeda yaitu Presentase Setuju 42,9  dan Presentase Tidak Setuju 57,1 untuk indikator 3 dan 4 serta  indikator 2 dengan Presentase Setuju 85,7 dan Presentase Tidak Setuju 14,3 artinya terdapat masalah terhadap Marga.

b.   Pembahasan

Malasah yang ditunjukan dari analisis data merupakan bukti bahwa responden memiliki pandangan bahwa masih bole nikah sama marga(kogoya dan kogoya) dan satu jenis marga(kogoya dan wanimbo). Oleh karena itu penulis melakukan kajian demi menjaga dan memperkuat warisan Orang Lani tentang Marga. 

 

Definisi Marga

Marga adalah kepala orang, alamat, pembedah, penjelas garis keturunan, mengontrol perilaku sosial, setra membuat orang hidup teratur dalam suatu tatanan sosial/budaya.

Konteks pembentukan marga

Marga terbentuk dengan adanya konteks yang dialami oleh leluhur Orang Lani. Orang lani berpikir dan bijaksana menata kehidupan sosial  budaya. Pada konteks perkawinan orang Lani membuat kesepakatan di Kunume/sekretariat (Honai Laki-laki) lalu memberikan suatu penyebutan yang disebut “Marga”. Hal ini sangat perlu dilakukan karena akan adanya bahaya apabila tidak memberikan marga.  Maka  akan terjadi fenomena: “anak kawin dengan ibunya sendiri”, “kawain saudara sendiri”, atau bapade kawin dengan anak keponakan perempua”, maka dengan hikmat dan kebijaksanaan yang dimiliki Orang Lani telah membuat dan menerapkan aturan kawin berdasarkan marga. Pada awalnya orang lani menyepakati dua marga induk yaitu KOGOYA dan WENDA.  Kogoya dan Wenda adalah marga musuh yang artinya kogoya boleh kawin dengan wenda dan begitu juga sebaliknya tapi kogoya tidak boleh kawin dengan kogoya dan wenda tidak boleh kawin dengan wenda. Aturan ini telah menjadi permanen sebagai warisan budaya berlaku turun temurun hingga kini karena telah teruji kebenaranya. Jika  melanggar aturan itu maka diangap cacat moral dan dipastikan mendapatkan malapetaka dalam keluarga dan generasi darinya. Pendidikan tentang marga diwariskan melalui literasi lisan (dibicarakan) sebagai silsila/keturunan.

Pandangan agama tentang marga

Dalam Alkitab kej; 1.27 kej;2.8-25 jenis klamin laki-laki dan perempuan memang dituliskann tapi, yang tidak disebutkan atau dijelaskan adalah tentang marga. Manusia  pertama Adam dan Hawa selalu menjadi masalah atau alasan mendasar bagi mereka yang dibutahkan oleh cinta.  Hal itu terlihat pada beberapa orang yang menikah marga sama dengan dalil alkitab(kej;2.8.25) tidak melarang nikah marga sama. Apa marga adam dan hawa? Yang penting baku suka dan mengikuti alkitab. Padahal sebelum agama masuk di papua khususnya di suku lani. Orang Lani sudah memiliki marga. Artinya sebelum ada agama dan pendidikan orang Lani sudah punya ilmu pengetahuan yang  mengatur dirinya dalam tatanan masyarakat.

Sewaktu taman eden Tuhan dengan sengaja tidak memberikan marga karena baginya tidak penting, sebab Tuhan telah memberikan sesuatu yang lebih penting yaitu; kebijaksanaan, kehendak bebas, akal budi, kuasa, mandat serta kepercayaan untuk mengelola, mengatur, dan berkembang biak di muka bumi. Dengan akal budi orang Lani berpkir dan bijaksana mengatur diri dengan sangat rapi dalam memberikan marga. Jadi marga juga merupakan aturan tuhan yang dinyatakan melalui orang Lani. Karena  itu, marga adalah turunan dari akal budi dan kebijaksanaan yang Tuhan kasi kepada Orang Lani.  

 

Konsep sains dalam perilaku orang bermarga

Ketika kita bicara dari sudut pandang sains maka kita sendang bicara sesuatu yang rasional artinya penyelasan penulis masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran pembaca.

Jadi secara sains makluk hidup digolonkan kedalam tiga bagian yaitu: Manusia, hewan(fauna) dan tumbuhan(flora).  Ketiganya memiliki kesamaan yaitu sama sama makluk hidup, memiliki sifat genetika kemudian perbedaannya manusia dan hewan dapat bergerak atau berpindah tempat karena tidak memiliki dinding sel sementara tumbuhan tidak dapat berpinda-pindan atau menetap karena memiliki dinding sel. Selain itu manusia sebagai makluk memiliki keistimewaan sebagai berikut; memiliki akal budi(pikiran), kebijaksaan, dan merupakan makluk yang unik itulah sebabnya manusia memiliki marga sedangkan makluk lain tidak memiliki marga.

Masing-masing makluk diatas berkembang biak sesuai ketentuan dan mekanisme yang berlaku secara alamiah. Misal hewan, seekor anjing saat kawin tidak pernah membedakan induknya atau anaknya atau keluarganya tapi asal lawan jenis betina dan jantang akan kawin di tempat terbuka tanpa rasa malu dan tidak peduli dengan linkungan misal kata orang tetang sikap yang tidak bermoral itu. Demikian juga ketika manusia menikah atau kawin dengan marga sama, kehidupannya dimata masyarakat adalah cacat moral karena perilakunya seperti hewan yang tidak memiliki hati nurani. 

 

Dalam berkembang biak manusia berkembang biak dengan cara transfer gen melalui aktifitas bersetubuh alias seks. Seks adalah suatu aktifitas untuk mempertemukan sperma dan ovum. Perjuangan transfer Gen melalui berhubungan intim 1 x ejakulasi laki-laki hamburkan 300 miliar Sperma bergerak/berjuang/berusaha menuju ovum/indung telur melalui saluran Tuba falopi. Tuba falopi adalah saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Saat sperma bersentuhan atau tembus masuk ke indung telur terjadi proses konsepsi/pembentukan manusia pertama secara biologis.

 

 

 

 

Pandangan budaya tetang marga

Pandangan budaya  marga kogoya dan yigibalom adalah  suku toraja atau batak  maka akan sangat aneh mendengarnya. Karena budaya memandang sesuatu yang masuk dari luar adalah tamu. Dalam hal ini agama dan pendidikan adalah tamu di tanah papua. Budayalah yang menerima kehadiran agama dan pendidikan. Agama dan pendidikan masuk satu paket pada tahun 1855. Jadi  orang papua-Lani bersama agama dan pendidikan memakan usia 167 tahun atau setara dengan ulang tahun injil masuk di Tanah Papua. Sedangkan budaya sudah ada atau tuan diatas tanah papua yang mengatur orang papua-Lani hidup tertib dan berakal budi dalam perkawinan, salah satunya adalah berdasarkan Marga.  

Kini  makin femiliar dengan sebutan patriarki. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran di semua aspek kehidupan. Dalam kalangan Orang Lani hal itu terlihat pada situasi pengambilan keputusan, latarbelakang pendidikan, ekonomi keluarga, perbedaan usia, keterlibatan orang ketiga, adanya tidak saling percaya antar laki laki dan perempuan, prasangka buruk terhadap perempuan dan sebaliknya.

Pandangan moderen tentang marga

Pandangan moderen yang dimaksud adalah feminisme. Paham  feminis memandang untuk menentukan Marga adalah hak “Dia”. Hak yang melekat pada dirinya yang tidak boleh diganggu oleh lingkungan(Orang Lain), makanya baginya tidak masalah jika marga mengikuti ibunya atau dalam satu keluarga marga dibagi-bagi ikut bapa dan mama. Menurut mereka yang paham feminis ini, Marga ikut mama tidak berdosa, karena memberikan penghargaan kepada wanita yang mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak sehingga layak untuk melakukan itu dan banyak lagi pandangan lainya.

Tapi, belum sepenuhnya dapat dibenarkan karena disaat yang sama mereka melanggar hak orang lain yang telah memberi marga turun temurun dari waktu ke waktu secara teratut dan tepola yang telah mengakar dan menjadi budaya. Hal ini adalah pengaruh kehidupan dan literasi moderen melalui pendidikan yang kurikulumnya luar sentris. Dan telah menanamkan pola pikir bahwa  hal-hal yang masuk dari luar selalu baik dan yang sudah ada dianggap buruk. Ini adalah bukti sistem pendidikan yang memangkas tatanan budaya orang papua lebih khusus bangsa Lani.

Pemberian penghormatan Ibu berdasarkan marga

Marga memang tidak ikut ibu. Tapi seorang ibu mendapatkan kehormatan dan dihargai dengan menyebut marga ibu saat memangil  anak yang dilahirkan olehnya. Misalnya ibu dari penulis marga Wenda (Wendakwe) sehingga saya sering dipangil Wendanak. Pangilan wendanak adalah sebua pangilan yang sangat terhormat bagi saya karena seseoraang yang memangil saya telah menghagai dan menghormati ibu yang: mengandung,melahirkan,menyusui, dan membesarkan secara bertangungjawab dan penuh kasih sayang yang tulus. Begitu juga berlaku untuk marga lain sebagai pangilan terhormat: Yikwanak, Angenak, Owakganak, Kiwonak, Yanengganak, Moribnak, Muribnak, Kombanak. Enembenak, Girenak, Tabonak, Umbinak, Tabenak, Telengenak, Wanimbonak, Yomanak, Wandiknak, Karobanak, Tabonak Dll.

Perkembangan sub marga

Pada awalnya marga  kogoya dan wenda sebagai marga induk. Tapi kemudian ada 6 peristiwa yang terjadi di Arili Abeya kini distrik Mbalingga Kabupaten Lany Jaya yang masih dikenang sebagai sejarah perkembangan marga. Enam peristiwa perang itu dikenal  dalam bahasa Lani adalah Woromo Lubuk, Ayomunggut Tomarak, Wandinenga Perek, Yelambela, En-Awi, Dan Yini. Oleh karena perang-perang inilah yang menyebabkan orang Lani terpercar memberikan marga untuk diri dan kelompoknya. Adapun beberapa titik lokasi Orang Lani menyebar adalah  Ilaga, Sinak, Kwiyawagi, Tiom, Bokondini, Kelila, Prime, Karubaga, Mulia, Illu, Yugwa, Agamua, Kimbim, Peno,Ngalo, Dan Beam.   Salah satu ciri pengelompokan persebaran marga dan tempat ini menjadi benang merah untuk menujuk komunitas tersebut. Misal  ketika wanimbo wakerkwa ada di daerah mana? Maka pasti ada di lokasi  prime, begitu juga dengan pasangan marga lainya.  Adapun sub marga orang Lani mengikuti Marga induk kogoya dan wenda:

a.    Sub Kogoya

Tabuni, telenggen, yoman, wanimbo, wandik, weya, tabo, gire, pagawak, karoba, togodly,

b.   Sub Wenda

Morip, Murip, wanena, Yikwa, Yigibalom, Wakerkwa, Kiwo, Yanengga, Wonda, Elopere, Wantik, Komba, Kalolik, Windikbo, Enembe, Tabo,Kelambok, Gombo, Penggu, Metlama,kolari, Umbi, Enombere, Dll.

 

Pola Pemberian Marga

Oramg Lani memiliki kemampuan khusus dan sangat unik dalam pemberian Marga yang sangat rapi dan terpola yang tidak munkin ditemukan di belahan dunia. Pola pemberian marga terdapat tiga elemen diantaranya adalah

a.    Marga:

Marga adalah kepala orang secara indivindu dan komunitas sebagai berikut: Kogoya, Wenda, Tabuni, Telenggen, Yoman, Wanimbo, Wandik, Weya, Tabo, Gire, Pagawak, Karoba, Togodly, Morip, Murip, Wanena, Yikwa, Yigibalom, Wakerkwa, Kiwo, Yanengga, Wonda, Elopere, Wantik, Komba, Kalolik, Windikbo, Enembe, Tabo,Kelambok, Gombo, Penggu, Metlama,Kolari, Umbi, Enombere,dll.

b.   Pasangan marga:

Pasangan marga berperan untuk menunjukan lokasi atau tempat orang dengan lawan  marga yang hidup berdampingan dalam segala hal dan saling menghormati serta berkembang biak. Lawan marga yang dimaksudkan adalah Yigibalom Wanimbo atau Penggu Gire, yoman wenda dan kolari wanimbo dll.

Ø  Dampak  melangar aturan marga

Dampak  perkawinan sesama jenis marga dapat dilihat dari beberapa arena :

1. Sosial. Mendapatkan Bullian, stigma buruk dalam bahasa Lani (mbabi ndarak, dan enggi tanep). Artinya anak  yang lahir dari kawin sama marga  memiliki om semarga dengannya dan itu sangat memalukan  di kalangan masyarakat.

2. Psikologi Bullian dan stigma yang dapat menekan rasa percaya diri dan rasa takut, trauma, anak itu akan tumbuh dengan citra diri yang rusak. Orang yang menikah dengan marga sama adalah pelaku dosa keturunan, yang berarti anak itu disebut "mbabi ndarak" karena pilihan pernikahan orang tua.

 3. Biosains. Flora, fauna dan manusia Perbedaan flora dan fauna terletak pada dinding sel Flora memiliki dinding sel sehingga tumbuhan tidak dapat bergerak atau bergerak Fauna dan manusia dapat bergerak dan bergerak karena tidak memiliki dinding sel Tetapi manusia lebih dari flora dan fauna karena manusia unik dan  memiliki hati nurani, memiliki budaya, memiliki kebijaksanaan, akal sehat, mampu membedakan antara baik dan buruk, itulah sebabnya orang yang menikah dalam marga yang sama bertindak seperti makhluk tidak berbudaya (flora dan fauna).

 


 


Komentar

Ekinusaud mengatakan…
Luar biasa salut 😇🙏🏻🔥