Kenapa Orang Papua Pelit Bagi Ilmu



Pendahuluan

Jika sebuah pertanyaan dimulai dengan kata "kenapa"? Maka biasanya dijawab dengan dengan kata "karena" tapi artikel ini  tidak sekedar jawab sebuah pertanyaan,  tapi mengubah akar masalah kata kenapa itu lahir. Dalam kata "kenapa" mengandung dan tersembunyi akar_akar masalah yang telah dan sedang mempengaruhi perilaku orang asli Papua.  Pada tatanan kehidupan masyarakat dalam suku suku di Papua. Selalu tidak terlepas dengan budaya. Budaya lahir dan  terbentuk dengan waktu yang lama dan  berlaku dari generasi ke generasi.

Aktivitas Kecenderungan membentuk suatu kebiasaan

Suatu budaya lahir dan terbentuk oleh  aktivitas keseharian.  Salah satu aktivitas adalah berburu, berburu kasuari, babi hutan, kus hutan, buaya, ikan, dll.  Pada saat berburu orang Papua cenderung mencari mangsa daripada  menciptakan kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mencari  mangsa dan menciptakan kesempatan untuk mendapatkan mangsa adalah dua hal yang sangat berbeda.

Kecenderungan mencari mangsa telah membentuk kebiasaan dan nilai nilai pemeluk budaya.  Hal baik dari mencari mangsa ini memberikan pengalaman kepada orang Papua bersahabat dengan alam. Kepekaan membaca tanda-tanda alam sedang marah atau mendukung, bagaimana merawat dan pelihara hutan yang memberi kehidupan, bagi orang asli Papua hutan adalah pelindung, hutan adalah benteng,  hutan adalah kehidupan, hutan adalah nafas, hutan adalah mama, pemahaman itu tertanam  pada orang asli Papua.  Sehingga ketika ada oknum yang menggangu hutan maka orang Papua akan merasa diganggu. Pandangan seperti ini sangat baik untuk dipertahankan dan dikembangkan melalui pendidikan formal dan non formal.  Pentingnya melestarikan hutan karena hutan menyerap karbon dioksida CO2 dan memproduksi O2. PPT

lebih lanjut baca Photosintesi 

Pada mencari mangsa ini, biasanya individu atau rombongan.  Dalam aksi mencari mangsa kadang disertakan dengan seekor Anjing sebagai pengawal. Dari aksi mencari mangsa ada hal buruk yang perlu dibenahi, saat berburu orang Papua lebih cenderung mencari mangsa dari tempat lain ke tempat lain. Secara fisik akan menimbulkan kelelahan, membuang waktu dan tenaga.

Ketika kita telusuri Lebih dalam maka kebiasaan mencari mangsa telah membentuk perilaku orang asli Papua.
Fakta sederhana yang tergambar dalam kehidupan orang Papua setelah tamat kuliah tidak akan berpikir untuk menciptakan kesempatan tapi akan mencari kesempatan dan menunggu kesempatan tes CPNS. Ini adalah wujud nyata dari kebiasaan yang telah terbentuk menjadi suatu karakter yang melekat pada orang asli Papua walaupun tidak semua.  Kebiasaan mencari dan menunggu ini membuat orang Papua tidak keluar dari zona nyaman atau  menjadi orang yang produktif dan berpikir untuk menyederhanakan hidup lebih baik dan semudah mungkin.

Ilmu itu rahasia bagi orang Papua

Orang asli Papua di suku penulis, pendidikan dilakukan di honai kaki-kaki dengan pola inisiasi.  Kaitannya dengan berburu, orang yang dituakan akan membagi pengalaman trik-trik untuk taklukkan mangsa, tapi ada hal yang biasanya bersifat sangat rahasia. Rahasia itu adalah (Wene)  ilmu. ilmu itu tidak akan dibagikan kepada sembarang orang karena ilmu yang dimilikinya dianggap  sumber pendapatan/penghasilan hal itu dibuktikan dengan jumlah hasil buru, misalnya kebanyakan orang mendapatkan 2_3 ekor buru Kus hutan, sedangkan ada seorang yang bisa mendapatkan 4_5 ekor, maka orang yang berburu dengan jumlah lebih dianggap punya ilmu pengetahuan berburu yang baik. 

Selanjutnya pada buku sejarah gereja-gereja baptis Papua penulis Fares L.  Wenda dkk, terungkap.  Kebiasaan rahasiakan Wene/ilmu itu, terlihat dari ibu-ibu didikan misionaris yang telah belajar membuat roti bertahun tahun dalam bekerja sebagai pembantu misionaris, pada kelas buta huruf, bahkan ada pelatihan di Pastoran sekitar tahun 1855_ 2001.
Tapi kemudian budaya membuat roti itu tidak menyebar luas karena kebiasaan rahasiakan ilmu.  Kalaupun ada ibu ibu yang berbagai maka lingkupnya hanya dalam keluarga atau seisi rumah. Berhubungan dengan cara buat roti ini, di daerah bokondini dari pihak gereja telah menghubungi Bapa Benyamin Wesley pendiri sekolah Ob Angen agar istrinya bisa mengajarkan cara buat roti, (YouTube Benyamin Wesley). Artinya pihak gereja tidak akan undang istri bapa Benyamin Wesley jika ibu ibu didikan misionaris sudah melakukan kaderisasi melalui kegiatan kaum ibu dibawa naungan Gereja. 

Artikel ini bagian dari mengedukasi agar kita dapat membangun Papua dengan dasar pikiran yang baik. Budaya yang tidak mendidik dan menghambat kemajuan cara berpikir orang Papua saatnya untuk berubah karena untuk merubah bangsa Papua yang lebih baik maka harus dimulai dengan benarkan cara pikir yang keliru, dangkal, tidak masuk akal selama berabad-abad, bertahun-tahun yang mengikat dan menghambat  kemajuan diri kita  sendiri sebagai orang asli Papua.

Komentar