MENCURI WAKTU KARENA CINTA (By: Raimon Tawane)
MENCURI WAKTU KARENA CINTA
(By: Raimon Tawane)
Tangerang_PenaYonda. Raimon pada 03/03/22. Ini kisah menarik yang akan anda temukan dalam perjalanan baca
Tak sayang karena tak kenal, tak kenal maka tak sayang. Izinkanlah saya untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Nama saya Raimon Tawane, saya lahir di Burmeso Kabupaten Mamberamo Raya Provinsi Papua tepat pada bulan maret tanggal 27 tahun 2000 dan sekarang saya berusia 21 tahun.
Dalam pergaulan sehari-hari saya biasanya memanggil seseorang yang seusia/se-umur dengan kata sobat. Maka itu, ijinkanlah saya menyapa kamu yang membaca tulisan ini dengan kata sobat di sepanjang tulisan ini.
Sobat ku yang terbaik dimana pun kalian berada, apa kabar nih?.
Harapannya semoga kalian tetap sehat walafiat dan tetap eksis.
Ketika sobat-sobat membaca judul diatas, yang terlintas di pikiran sobat-sobat mungkin adalah cinta antar lawan jenis, atau katakanlah seperti cinta Adam dan Hawa , begitu bukan?.
Mungkin bukan itu sobat-sobat, penasarankan?, ayo baca sampai habis supaya sobat tahu apa cinta yang sebenarnya dimaksud. (Mencuri waktu karena cinta)
Ada rasa, rasa itu melahirkan sebuah cinta dalam ruang yang bernama hati, kemudian hati ini mengembangkan rasa tersebut menjadi cinta yang bernama musik dan seni. Musik merupakan fenomena unik yang meliputi perpaduan antara melodi, harmoni, ritme, dan timbre yang menghasilkan bunyi sebagai wujud untuk mempersembahkan, mencipta, dan memperbaiki emosi, perasaan, mental dan spiritual.
Aristoteles. Mengatakan bahwa: Karya seni (musik) merupakan sebuah tuangan kemampuan serta tenaga penggambaran yang berawal dari sebuah gerakan rasa yang dalam satu deretan melodi (nada) yang memiliki irama. Delpp Jolo. Sebagai salah satu seorang komponis di Amerika juga Mengatakan bahwa: Mengenal dunia musik bisa menambah pengetahuan serta pandangan, bahkan selain itu juga mengenal banyak hal di luar dunia musik. Disimpulkan bahwa musik merupakan melodi/nada yang menghasilkan irama, serta musik juga memiliki peran untuk mengetahui hal-hal di luar dunia musik.
Pada zaman dahulu kala musik ini sudah ada dalam bentuk sederhana yang terbuat dari sumber daya alam sekitar seperti kayu, bambu, batu, dan kulit, dengan demikian musik ini dinamakan musik tradisional. Roda dunia terus berputar dan waktu terus berganti dengan menghadirkan banyak pengetahuan dan perubahan hingga terjadilah sebuah revolusi musik atau penemuan alat musik yang modern seperti guitar, keyboard dan alat musik lainnya. Dalam sejarah peradaban manusia musik ini memiliki peranan yang penting, musik ini menjadi pengantar/pengiring ketika melakukan pesta-pesta adat dan ritual keagamaan lainnya. Hingga saat ini dengan perkembangan dan kemajuan dunia yang sangat pesat, musik juga terus berubah dengan penemuan dan kehadiran berbagai genre musik serta juga tak kalah pentingnya bagi seorang musisi, penyanyi papan atas, masyarakat lapisan atas lapisan tengah, lapisan bawah bahkan masyarakat berkedudukan terendah pun menyukai musik sebagai hiburan.
Sejauh ini mungkin sobat-sobat sudah paham, apa sebenarnya cinta yang dimaksud oleh penulis sebagai sobat terbaikmu. Penulis sebagai sobat terbaik mu juga ingin menyampaikan tujuan mengapa tulisan ini penting dan perlu diketahui.
Tujuan
1. Memberikan pengetahuan baru tentang saya kepada sobat
2. Memberikan pengetahuan baru kepada sobat bahwa musik itu penting
3. Memberikan pengetahuan baru kepada sobat bahwa mempelajari musik kita memerlukan yang namanya konsistensi, percaya diri dan memperbanyak jam terbang yang tinggi.
4. Memberikan pengetahuan baru kepada sobat bahwa mempelajari musik, kita dapat mengetahui banyak hal-hal di luar musik itu sendiri.
Setelah banyak basa-basi di atas sekarang kita mau ngapain ya sobat terbaikku?. Kita sekarang mau masuk ke sesi yang di wanti-wanti, yaitu cerita pengalaman yang mau disampaikan oleh saya sebagai sobat terbaikmu. Yuk tidak usah lama-lama lagi langsung saja dibaca ceritanya.
***
Dengar sobat terbaik ku: Suatu ketika saya sebagai sobat terbaikmu pernah berkeluh-kesah sama bapak dan mama bahkan sampai menangis. Dalam tangisan itu yang saya katakan adalah
“bapak dan mama belikan Raimon gitar”,
waktu itu saya tepat kelas empat SD. Kedengarannya sedikit aneh ya sobat terbaik ku, kok anak kecil seperti saya bisa memerintah kedua orang tua untuk dibelikannya gitar “heheh begitulah tindakan anak-anak. Di saat itu juga kedua orang tua membelikan saya sebuah gitar berwarna biru yang seharga lima ratus ribu. Wah murah sekali ya kalau dipikir-pikir hihihi. Waktu itu saking nekatnya saya mau tahu cara bermain gitar, saya tidak pandang kualitas gitar mau seperti apa intinya saya mau belajar. Seiring waktu berjalan saya mencoba untuk mempelajari gitar namun tetap belum bisa memainkannya dengan cara yang baik, lalu saya berpikir untuk mencari orang yang bisa ajarkan saya bermain gitar.
Saya biasanya pergi ke paman, kakak, dan sobat-sobat yang saya rasa kemampuan bermain gitarnya sudah baik, saya bergabung dengan mereka lalu belajar bersama mereka. Secara paksa saya juga pernah meminta bapak sebagai orang yang super sibuk itu untuk melatih saya bermain gitar, dan syukurnya beliau berniat baik untuk meluangkan waktunya.
Seiring waktu berjalan saya tamat dari SD dan masuk SMP pada tahun 2014. Ketika masuk SMP saya sudah tidak punya gitar, gitar saya basah kena air hujan dan akhirnya rusak. Namun sebelumnya dengan berkat paman, kaka, bapak dan sobat-sobat yang memiliki niat baik untuk mengajarkan saya, saya secara perlahan mulai memahami kunci/chord gitar satu-persatu hingga tibalah saat dimana saya bisa stem/stel gitar sendiri ketika bunyi yang dihasilkan fals.
Menurut cerita yang saya dengar, katanya kalau sudah bisa stem/stel gitar berarti kemampuan bermain gitar dan fillingnya sudah mantap. Dengan sedikit kemampuan bermain gitar yang ada, saya mulai mencoba mengiring lagu dengan mengkombinasikan beberapa kunci/chord gitar. Belajar dan belajar secara otodidak menggunakan gitar milik paman akhirnya saya bisa, dan bisanya lagi saya dapat tampil di gereja dengan mempersembahkan pujian. Disitulah rasa percaya diri dan cinta akan musik mulai tumbuh dan saya mulai mempupuknya dengan cara belajar dan memperbanyak jam terbang yang tinggi. Hingga pada saat itu juga saya dipercayakan untuk bermain gitar di gereja dan juga melayani pemuda/i.
Tiga tahun telah berlalu dan saya pun berjumpa dengan seragam yang sangat diwanti-wantikan yaitu putih abu-abu/SMA. Saat itu, kami pemuda/i GIDI Diaspora Burmeso mendapatkan undangan untuk menghadiri acara yang dilakukan oleh sobat-sobat kita dari Gereja Advent. Dengan mendapatkan undangan tersebut saya pun mengkoordinir pemuda/i untuk latihan sebuah lagu. Setelah kami tampil sesuai dengan persiapan yang dilakukan kami pun mendapatkan pujian yang baik dari panitia dan juga dari tamu undangan yang ada.
Sambari menunggu selesainya ibadah tersebut, saya mendapatkan bisikan dari salah satu sobat bahwa ada cewek yang kasih salam buat saya. Saya pun menerima salam tersebut dan memberikan salam balik juga kepada cewek tersebut.
Lagi-lagi tiga tahun berlalu tak terasa saya sudah tamat dari SMA. Kala itu kemampuan bermain musik saya sudah cukup baik khususnya untuk gitar belum dengan alat musik yang lainnya. Setelah saya menamatkan SMA, saya berpikiran untuk sekolah musik di Jayapura dan saya pun melakukan obrolan kecil dengan bapak dan mama terkait hal itu.
Apa yang terjadi sobat-sobat terbaik ku?,
ternyata bapak saya tidak mengijinkan saya untuk sekolah tersebut. Saya sudah bingung entah harus buat apa. Saya disarankan oleh bapak dan mama saya untuk tetap kuliah soal uang perkuliahan itu urusan belakangan. Tapi tetap saja saya masih terus memikirkan sekolah musik, karena alasan saya memilih sekolah tersebut untuk memperdalam dunia musik bukan hanya gitar akan tetapi alat musik lainnya.
Saya diberitahukan informasi oleh salah-satu sobat mengenai pendaftaran beasiswa jalur otsus yang waktu itu dibuka lewat sekolah SMA saya. Karena masih dengan kegalauan hati yang ada, saya hampir tidak mau untuk mendaftarkan diri. Namun setelah dipikir-pikir saya pun tergerak hati untuk mencoba mendaftarkan diri, ternyata saya diterima dan diberangkatkan ke Jayapura. Dari Jayapura diberangkatkan ke Jakarta lagi setelah mengikuti beberapa tes dan beberapa tahapan.
Saya tiba di Jakarta pada tahun 2019 lalu dengan harapan bisa mendapatkan komunitas musik dan tentunya yang berdampak bagi perkembangan serta kemajuan akan musik. Seiring waktu berjalan saya pun bisa beradaptasi dengan lingkungan. Hingga tiba saatnya dimana saya kepikiran untuk beli sebuah gitar lagi. Wah kali ini pasti gitarnya rada mahal hihi. Ternyata betul gitarnya seharga satu juta enam ratus. Namun karena nekat dan cinta akhirnya saya dapat membeli gitar tersebut tanpa tawar-menawar tepat di Mall Aeon BSD. Dengan begitu barunya saya di Jakarta, saya bertanya sama sobat-sobat yang ada, apakah di sekitar BSD sini ada Gereja tidak?. Sesudah saya melontarkan pertanyaan tersebut terdapat teman cewe yang menjawab pertanyaan saya. Jawabnya seperti ini: saya kemarin beribadah di Gereja GIDI Agricola tepat di sebelah bethsaida. Ternyata jaraknya dari Asrama/tempat saya tinggal sekitar 13 km atau setara dengan 35 menit per jam.
Ketika mendengar seperti itu, betapa senangnya saya. Saya pun pergi mengikuti ibadah bersama sobat-sobat di minggu berikutnya, dan saya pun berkenalan dengan sobat-sobat disana. Wah sepertinya sobat-sobat saya semakin banyak hihi. Ternyata betul juga teori hukum sebab akibat, ketika kita berimajinasi tentang sesuatu hal yang baik, maka sadar tidak sadar lambat atau cepat semua akan terjadi sesuai ekspektasi. Itulah yang terjadi sama saya, disana saya mendapatkan sobat-sobat yang luar biasa bermain musiknya dan akhirnya saya bergabung dengan mereka dan menjadi anggota jemaat disana.
Minggu pertama kedua, ketiga berlalu dan minggu keempat dengan besik serta percaya diri yang tertanam dari kampung, saya pun mencoba ikut-ikutan untuk mengambil bagian di depan khususnya di bagian gitar. saya diberikan kepercayaan untuk bermain gitar di setiap ibadah mingguan.
Dengan kerajinan saya untuk terus ke gereja ataupun datang ketika latihan persiapan ibadah mingguan, saya bertemu dengan seorang kakak. Kakak tersebut ini biasanya memainkan gitar bass. Dengan kelincahannya bermain gitar bass, saya sampai terheran-heran dan penasaran akhirnya bertanya sama kakak tersebut.
Saya “Kaka tuan, caranya bagaimana sehingga bisa bermain gitar bass segila itu?.
Kaka " belajar secara otodidak dan menonton tutorial di YouTube dan memperbanyak jam terbang yang tinggi".
Kalau dilihat kembali, sepertinya kakak tersebut memiliki pengalaman belajar musik yang bisa dikatakan sebelas duabelas dengan saya. Suatu saat saya kepikiran untuk mencoba belajar bermain gitar bass, saya pun mendapatkan bimbingan kecil-kecilan dari kakak tersebut hingga mengerti dasar-dasar bermain gitar bas.
Dengan motivasi ingin bermain gitar bass seperti Chris Squire dan pemain gitar bass pada umumnya, lagi dan lagi saya kepikiran untuk belajar gitar bass secara otodidak menggunakan gitar milik saya. Dengan rasa jatuh cinta, motivasi belajar gitar bass yang sangat tinggi, dan belajar kecil-kecilan yang dilakukan akhirnya saya bisa bermain gitar bass dengan baik. Setelah saya tahu bermain gitar bass, saya belum bisa menampilkannya atau katakanlah belum percaya diri untuk bermain gitar basis di depan banyak orang apalagi di gereja.
Proses perkuliahan yang kian berlangsung dan tentunya banyak tugas kuliah dan tugas organisasi dan kesibukan lainnya, saya berusaha untuk memanajemenkan waktu dengan sebaik mungkin. Di sela-sela perkuliahan tersebut saya juga banyak mencuri waktu kosong untuk memperbanyak jam terbang yang tinggi dalam mempelajari gitar dan gitar bass lebih dalam lagi. Sehingga saya dijemput bulan desember pertama kalinya di kota metropolitan dengan kesibukan yang ada. Saking menyibukan diri untuk belajar musik sehingga saya hampir lupa untuk memberikan kabar kepada orang tua di kampung melalui telepon.
Di bulan desember itu, tibalah saat dimana saya memiliki rasa penasaran lagi mengenai keyboard dan akhirnya saya beli sebuah keyboard bermerek casio yang seharga enam juta. Jika dihitung-hitung pengeluaran untuk alat-alat musik yang dibelikan seumur hidup saya baru mencapai delapan juta. Bagi seorang ekonomis jumlah modal seperti ini mungkin sudah sangat kuat untuk berbisnis. Entahlah apa boleh buat ketika jiwa dan raga saya telah terlebih dahulu menyatakan cintanya tentang seni dan musik.
Bulan desember pun berlalu dan datanglah bulan januari di tahun baru 2020 yang menghantarkan semangat baru kepada saya untuk terus menggali ilmu di bagian musik dan di bidang ilmu lainnya. Di tahun yang baru saya hendak mau memasuki semester dua (II) dalam perkuliahan. Di awal tahun tersebut saya berkeinginan lagi untuk mempelajari keyboard dengan bantuan seorang kakak dan sobat-sobat di sekitar tempat tinggal.
Dengan berkat bantuan mereka, saya secara perlahan dapat memahami kunci/chord dan dapat mempraktekkannya. Kunci/chord pertama yang saya tahu di keyboard adalah chord C dan dari chord tersebut saya mulai mengetahui keluarganya seperti chord G major D major dan C major, dalam bermain keyboard hanya beberapa chord ini yang saya bisa terapkan sampai saat ini.
Seiring waktu berjalan Gereja tempat saya beribadah ditutup kerana satu dan lain hal. Waktu itu saya rada sedih karena berpikir akan ibadah dimana dan tentunya kesempatan untuk belajar musik bersama sobat-sobat terbaik akan hilang ditelan realita kehidupan. Namun saya tidak putus semangat karena motivasi terbesar untuk mempelajari seni musik adalah bisa menjadi musisi Gereja dan tentunya menjadi berkat dan pelayan yang fleksibel. Perjalanan yang sangat panjang seperti dari sabang sampai merauke, begitulah proses penjelajahan dunia musik yang oleh saya. Hari berganti hari bulan berganti bulan di tahun yang tetap, saya mendengar informasi bahwa Gereja tempat saya dulu beribadah sudah di buka kembali tapi di lokasi yang berbeda.
Di lokasi yang ada kami hanya melakukan ibadah kurang lebih satu/dua bulan kemudian berpindah lagi ke lokasi yang berbeda. Lokasi ini merupakan lokasi ketiga persinggahan Gereja tersebut tepat di desa gunung batu, dan kehadiran Gereja kami disana sangat diterima dengan baik oleh warga. Di tahun itulah pertama kali saya menampilkan kemampuan bermain gitar bass di Gereja melalui pelayanan ibadah mingguan. Karena itu saya dipercayakan lagi untuk bermain gitar bass dan tetap melayani di ibadah mingguan di setiap minggunya.
Berlangsungnya pelayanan disana saya terlibat dalam program pelatihan musik yang diselenggarakan oleh jemaat dengan melibatkan komunitas musik dari luar yang bernama Papua Songs. Saya mengikuti pelatihan tersebut dengan rasa penasaran yang tinggi untuk mempelajari drum, waktu itu program yang dijalankan tidak berlangsung lama karena satu dan lain hal. Dengan waktu yang secepat kedipan mata itu, saya sangat sungguh-sungguh mempelajari drum tersebut dan akhirnya bisa menangkap sedikit dasar-dasar bermain drum. Intinya bermain drum adalah kenali drum secara lengkap, pilih stick drum yang tepat, jaga postur tubuh dengan baik, memahami ritme, lakukan sticking, dan juga tergantung filing kita. Pelatihan tersebut akhirnya tiba di selang waktu yang ditentukan dan saya pun kembali fokus melayani di bidang basis/basis.
Dengan konsistensi pelayanan saya di Gereja terutama dalam bidang musik gitar dan gitar bass, saya pun mendapatkan banyak pengalaman mengenai seni musik dan hal-hal di luar seni musik dan terlebih lagi mendekatkan diri dengan Tuhan serta mengerti rencana baiknya yang terjadi dalam kehidupan saya pribadi-lepas pribadi. Singkat cerita dengan performance saya yang baik dalam memainkan gitar bass, saya diminta untuk bergabung dengan grup band Papua Songs dan akhirnya pun bergabung, dan ceritanya tamat sampai disini sobat-sobat terbaik ku.
Ada orang-orang berkata bahwa belajar musik itu muda, saya berkata bahwa itu pikiran yang keliru. Karena musik ini berkaitan dengan mental, emosi, perasaan, dan filing yang mana ketika aspek-aspek ini tidak bekerja sama dalam zona keterhubungan, maka akan berdampak pada konsentrasi kita. Mempelajari seni musik harus bersahabat dengan: diri sendiri, ruang dan waktu, lingkungan, sosial, mengorbankan energi, waktu, uang dan lebih lagi menyatakan cinta terhadap apa yang ditekuni serta konsisten dalam cinta yang dinyatakannya. Saya secara pribadi menegaskan bahwa musik itu penting,
mengapa saya mengatakan demikian?.
Sepanjang perjalanan hidup saya musik merupakan alat yang bisa menghubungkan saya dengan orang lain, dengan keterhubungan tersebut relasi saya semakin bertambah dan mengetahui hal-hal diluar musik seperti budaya serta pacaran. Hal ini bukan berarti saya memanfaatkan musik sebagai suatu pendekatan untuk mengetahui hal-hal di luar musik, namun sebaliknya hal-hal di luar sana datang karena musik. Saya mengambil keputusan untuk mempelajari seni dan musik bukan karena sekedar hobi, tapi karena saya ingin melayani dan suatu kelak ingin membagikan ilmu dan pengalaman tersebut juga kepada yang membutuhkan. Dengan keputusan seperti itu saya melayani di gereja secara konsisten dan akhirnya mendapatkan banyak pengalaman disana sampai saat ini.
Ternyata betul juga ya kata Almarhum Glenn Fredly, “jika ingin menjadi musisi yang hebat belajarlah di gereja”. Hal ini benar-benar terbukti bahwa sekarang musisi Indonesia hampir semua orang-orang kristen yang masa lalunya sungguh aktif dalam gereja dan belajar. Contohnya seperti Judika, Ari Lasso, Agnes Monica, Amanda Manopo, Glenn Fredly dan masih banyak musisi lainya. Jadi buat kalian sobat-sobat terbaikku yang ingin mempelajari seni dan musik, jangan membuang energi, waktu, dan uang ke kalian ke tempat yang jauh, cobalah mampir ke gereja dan belajarlah disana. Sadar tidak sadar cepat atau lambat sobat akan mendapatkan banyak pengalaman berharga tentunya di dunia musik dan di luarnya.
Terimakasih kepada teman-teman yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan ini, semoga tulisan ini memberikan pengetahuan dan pengalaman yang baru dan tak kalah pentingnya juga meningkatkan minat baca sobat-sobat. Saya Raimon Tawane berasal dari Kabupaten Mamberamo Raya Kampung Kwerba Provinsi Papua. Saya juga merupakan mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya angkatan 2019 semester VI (enam) dan sekarang saya berdomisili di Tangerang.
Komentar