Kita Ketemu Karena Rasis19
"Anak nakal jadikan teman main, anak rajin diarahkan berpusat pada siswa (student center)".
_Evis Yoman_
Jakarta, CNN Indonesia -- Surya_ Juru Bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP). Menjelaskan berdasarkan informasi yang diperoleh dari mahasiswa, awal kejadian itu terjadi pada Jumat (16/8), sore sekitar pukul 16.00 WIB.
Menurut saya rasis melahirkan eksodus akibatnya mengorbankan mahasiswa Papua termasuk saya. Meskipun demikian, ada hal menarik yang PenaYonda ingin share. Setelah Pergi ke Papua, saya tinggal di di rumah panggung, Sentani komba kompleks Gereja Baptis Menehi.
Sering sekali saya dikagetkan dengan bunyi seng rumah akibat dari kejatuhan buah mangga. Dibawah pohon lebat itu dikelilingi oleh deretan pohon buah sombong (Pinang). Saya senang berdiri disini karena merasakan kesejukan, dan ketenangan. Bagi saya pohon lebat adalah pemberi kedamaian dan pelindung seisi negeri ku Papua, pada umumnya dan rumah secara khusus.
Saat saya menoleh ke arah depan Gereja Baptis Manehi Sentani Komba Jayapura Papua. Mereka bermain tanpa ada yang mengarahkan, sehingga sering membuang waktu mereka dengan sia-sia. Mereka adalah adik-adik rombongan Iwon Wenda.
Langkah awal yang saya lakukan untuk mendekati mereka adalah dengan bermain permainan yang mereka suka lakukan. Di kompleks itu terdapat makanan ringan jenis serangga namanya Golir dalam bahasa Lani. Kebiasaan mereka menangkap Golir sudah seperti mainan keseharian mereka. Setelah saya ketahui kebanyakan dari Mereka tidak makan Golir karena dilarang oleh orang tua masing-masing. Mereka tergabung dari usia TK, SD sampai SMP yang menjadi satu gerembolan. Mereka adalah
IWON
ALFABET
ANIS
BEFRI
NATALIA
ROIKE
GIHOL
SILPIA
LENA
KLARA
ENDRINA
GIHON
JEFNER
MARTIN.
Suatu hari saat kondisi berawan saya kumpulkan Golir, kedalam kaleng sarden, hingga hampir penuh lalu saya panggangnya saat mereka mengelilingi ku. Mereka tertawa setengah mati melihat ku makan Golir, lalu salah satu dari mereka bilang!
Klara "Paguru bikin tahu tahu yah nanti sakit malaria baru!"
Saya, "Enak apa.... Mau kah....?
Klara " Geleng kepala sambil lihat teman lain"
Saya, Tuhan ciptakan Golir untuk orang makan jadi ada yang mau bantu sa kah..?
Mereka coba makan sambil menatap teman lain takutnya dilaporkan ke ortu mereka, lalu saya bilang "kalo orang tua kalian larang makan, kamu jangan bilang Supaya tidak dapat marah".
Semenjak itu mereka semakin akrab dengan saya kedalam kegiatan yang kami lakukan. Hampir setiap sore sekitar pukul empat waktu Papua, Kami melingkar mengelilingi balai pinang, dan belajar Matematika GaSinG. GaSinG artinya (Gampang Asyik dan Menyenangkan) metode yang diciptakan oleh Prof Dr.Yohanes Surya M.Sc,.Oh.D
Awalnya kami hanya buka-buka buku GaSinG cetak yang saya bawa dari STKIP Surya. Dengan berjalannya waktu, saya mencuri perhatian mereka dan jelaskan pelan-pelan. Setelah sekitar satu Minggu, mereka menyadarkan ku pentingnya kehadiran saya disitu, bawah setiap kali datang mereka bawa buku walaupun saya tidak meminta seperti itu. Sungguh kalian menusuk ku dengan niat belajar yang Adik" punya.
Setelah satu bulan, orang tua mulai cari mereka karena mereka datang tanpa ijin ortu masing-masing. Kadang orang tua datang untuk marah tapi tidak jadi karena mereka sedang belajar. Lalu orang tua juga ikut belajar bersama, melihat hal itu saya merasa hidup sebagai seorang guru.
Suatu senya saya ditanya,
A.Y. "kenapa kamu mengajar anak-anak sampai tua-tua juga"?
Saya. "Mereka yang datang jadi saya ikuti saja"
A.Y " disini ada banyak mahasiswa tapi jarang rangkul adik"dibidang pendidikan sehingga anak lakukan ini bagus sekali"
Belum lama itu, Bapa Leir wenda memberikan ijin untuk kami gunakan satu kamar jadikan kelas untuk belajar. Hal ini menunjukkan rasa kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak, hal yang masih membekas di hidup ku sebagai kesan adalah setelah diijinkan kami selalu dikontrol, memberikan arahan dan mendorong sekaligus menasehati kami.
Setelah itu kami buat jadwal belajar setiap hari Selasa dan Jumat. Konten yang kami belajar adalah matematika gasing, bahasa Inggris, dan Musik (Gitar). Pembelajaran itu berlangsung dari bulan September 2019 hingga Desember 2020, kurang lebih 3 setengah bulan. Saya merasa menyesal karena kegiatan belajar seperti ini belum bisa berjalan dengan terus menerus karena harus kembali ke kota studi.
Dari pengalaman ini menakodai ku untuk menerapkan ide yang pernah terlintas lama bahwa pendidikan dapat dilakukan dimana saja, pondasinya adalah menjadikan mereka seperti teman main. Mereka harus senang dengan kita, anak nakal jadikan teman main, anak rajin diarahkan berpusat pada siswa (student center).
Komentar
Maju lagi hormatπ